Konflik korea selatan vs korea utara
Perang Dunia kedua tentunya meninggalkan “goresan” di berbagai negara di dunia. Salah satunya adalah Korea yang ikut tergores dan pecah menjadi dua bagian. Sebenarnya, kedua pihak yang bercampur tangan langsung kala itu adalah Amerika dan Uni Soviet yang membuat kebijakan untuk membagi Korea menjadi dua bagian. Mungkin untuk memudahkan pembagian wilayah yang diperebutkan.
Konflik antar kedua daerah tersebut kemudian berlanjut beberapa tahun kemudian, menyisakan korban yang jumlahnya jutaan. Hal ini bermula ketika pihak Korea Utara melakukan pelanggaran perjanjian yaitu dengan menyebrang melewati batas teritorial, yang kemudian melakukan aksi dengan adanya berbagai invasi yang ditujukan untuk Korea Selatan. Perang tersebut terjadi sekitar tahun 50’ an, dan akhirnya berhenti dengan adanya genjatan senjata tiga tahun berikutnya.
Kemudian, diadakan perjanjian damai yang harus ditanda tangani oleh kedua pihak. Tidak ada yang menandatanganinya. Jadi, bisa disimpulkan bahwa hingga saat ini kedua pihak tersebut masih termasuk dalam keadaan “siaga perang” satu sama lain. Meski memang tidak begitu terlihat pertikaian antar kedua pihak secara fisik. Beribu pertanyaan muncul, “Kapan mereka bisa bersatu lagi?”. Ketika itu Presiden Kim Dae Jung, Presiden Koreas Selatan menciptakan suatu kebijakan demi memperoleh keharmonisan kedua pihak dengan menciptakan Sunshine Policy pada 1998.
Untungnya perjanjian tersebut disetujui oleh Korea Utara, mereka hidup harmonis untuk beberapa waktu. Beberapa konferensi diselenggarakan untuk memastikan sehatnya hubungan kedua negara tersebut. Sayangnya, perjanjian tersebut karena ternyata Korea Utara kembali mengembangkan persenjataan nuklir secara rahasia. Hubungan keduanya pun saling menegang. Korea Utara masih kembali mengembangkan senjata nuklirnya, namun kali ini menimbulkan korban sipil dan militer dari Korea Selatan. Dengan begitu, pada tahun 2000 Pemerintah Korea Selatan mengumumkan bahwa kebijakan Sunshine Policy telah gagal. Akhirnya mereka tetap “berkonflik” hingga sekarang.
Penyebab
Ada beberapa penyebab di sini yang bisa kita telusuri sebagian dari konflik Korea Utara dan Korea Selatan ini:
1. Terlalu Menjunjung Tinggi Harga Diri Yang Berubah Menjadi Gengsi
Harga diri memang penting, terlebih lagi soal harga diri suatu negara yang berdaulat. Tapi demi kedamaian umat, apakah itu harus masih saja diterapkan? Kita bisa lihat buktinya pada aksi penandatanganan perjanjian damai antar kedua negara tersebut, yang seharusnya bisa berjalan lancar malah tidak ada satupun dari mereka yang menjunjukkan eksistensinya. Salah satu pihak, atau bahkan keduanya pasti memiliki suatu asumsi yang berbeda antar satu sama lain. Entah asumsi apakah itu, yang jelas berkat opinil mereka sendirilah, akhirnya perjanjian damai tersebut tidak pernah “ada”.
Satu-satunya jalan damai malah hanya dibiarkan begitu saja. Padahal, bisa saja konflik dapat diredam pada saat itu juga, dan bahkan bisa meredam konflik-konflik yang akan terjadi di waktu yang akan datang.
2. Kesombongan
Dalam hal Korea Utara yang tingkahnya makin menjadi untuk mengembangkan kemiliterannya. Dengan majunya kemiliteran yang mereka punya, mereka berpikir bahwa mereka adalah negara yang hebat, jauh lebih hebat dari saudaranya sendiri Korea Selatan. Dari beberapa “ledekan” yang ditujukan oleh Presiden Korea Selatan.
Walaupun begitu, yang namanya manusia tidak memiliki batas untuk mengurangi kesombongannya. Apalagi bila kesombongan tadi digunakan untuk menghancurkan orang lain. Bisa dipresiksi bahwa apabila Korea Utara masih tetap menciptakan senjata nuklir yang amat dahsyat, maka dunia akan berada dalam kehancuran.
3. Hilangnya Rasa Persaudaraan
Hal terakhir yang sekaligus paling penting adalah rasa saling memiliki sesam saudara, yang sayangnya hilang. Padahal bisa dilihat bahwa kedua negara ini memiliki berbagai kemiripan dalam hidup. Sejak awal, mereka kan memang satu rumpun.
Tapi sejak konflik ini terlahir, mereka melihat satu sama lain sebagai musuh, sebagai hal yang harus disingkirkan. Entah itu lewat jalan militr atau politik. Itu pula yang mungkin membuat perjanjia damai gagal, karena mungkin dari awal mereka sudah membenci satu sama lain karena sejarah yang buruk. Kemudian, persaudaraan pun hilang entah kemana.
Peranan Indonesia
#peranan diplomasi
Guna Untuk mendamaikan kedua negara. Indonesia dapat mengajak kedua. negara untuk mengadakan dialog di. negara netral (Indonesia) sebelum pertemuan enam pihak
(Six-party talk) dapat dibuka kembali.
(Six-party talk) dapat dibuka kembali.
Komentar
Posting Komentar